BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ternak
merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk pertumbuhannya.Salah satu ternak besar yang sekarang sedang berkembang
dan menjadi prospek usaha yang sangat bagus kedepannya adalah sapi. Sapi
merupakan ternak sebagai penghasil daging yang cukup bagus disamping bisa
diperah untuk dimanfaatkan susunya.
Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber
protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk dan
meningkatnya daya beli masyarakat. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
daging tersebut yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas
sapi potong. Untuk itu bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi
yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung
terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan
pembibitan dan penggemukan sapi potong secara berkelanjutan.
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil
bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup
peternak sehari-hari, Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi
berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka
dalam beternak sapi potong, antara lain memilih bibit/bakalan yang baik, sistem
pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan pengawasan terhadap kesehatan
ternak. Hal inilah yang melatar belakangi diadakannya praktek lapang produksi
ternak potong mengenai
Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Potong.
Di
Nusa Tenggara Barat, khususnya di Lombok, sebagian masyarakatnya adalah
peternak, ternak yang banyak yaitu sapi bali. Adanya program pemerintah yaitu
BSS (Bumi Sejuta Sapi) menjadi daya dukung tersendiri untuk peternakan yang ada
di NTB, dan ini sekaligus menjadi motivasi bagi peternak lokal untuk terus
mengembangkan peternakannya.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
a. Tujuan
Adapun
tujuan dari Praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
kondisi peternakan sapi yang ada di pulau Lombok
2. Mengetahui
sistem peternakan yang diterapkan oleh sebagian masyarakat saat ini.
3. Untuk
mengetahui jumlah ternak yang di pelihara oleh masarakat khususnya kelompok
ternak buga merah 2 desa
Suranadi,Narmada
4. Untuk
mengetahui berapa penghasilan peternak dari jumlah ternak yang di pelihara
5. Untuk
mengetahui berat badan dan cara menimbang pedet
6. Untuk
mengetahui panjang badan,lingkar dada,dan tinngi badan ternak
7. Untuk
mengetahui konsumsi pakan yang di berikan peternak kepada ternaknya.
8. Menganalisis
permasalahan yang ada di lapangan
9. Mengetahui
produktifitas ternak dan kesejahteraan peternak.
10. Mampu
menganalisa masalah-masalah peternakan yang dihadapi peternak dan pemecahannya.
b. Kegunaan
Adapaun manfaat yang diperoleh dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar
mahasiswa mengetahui langsung kondisi peternakan sapi potong yang ada di desa
Suranadi kecamatan Narmada kabupaten Lombok Barat ( kelompok ternak bunga merah
2 ).
2. Mengetahui
manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, dan manajemen kesehatan ternak.
3. Mengetahui
produktifitas peternak (pendidikan, pengalaman, dan sebagainya).
4. Mengetahui
masalah atau hambatan-hambatan peternak dalam mengembangkan peternakannya.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Manajemen Pemeliharaan
Parakkasi (1999)
menyatakan bahwa sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu
intensif, ekstensif dan mixed farming system. Pemeliharaan ternak
secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan acra dikandangkan
secara terus-menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and carry.
Pemeliharaan secara ekstensif adalah pemeliharaan ternak di
padang penggembalaan.Sapi perlu dimandikan secara rutin untuk menjaga
kebersihan tubuh dan mencegah muculnya sarang penyakit pada tubuh sapi.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari agar kandang selalu bersih, mencegah
timbulnya penyakit, dan memberikan kenyamanan bagi sapi (Ngadiyono, 2007).
2.2 Penggemukan Sapi
Penggemukan sapi
adalah usaha memacu pertumbuhan sapi untk mencapai peningkatan bobot badan pada
fase pertumbuhan yang tepat (Yulianto dan Saparinto, 2010). Sistem penggemukan
terdiri dari tiga macam, yaitu dry lot fattening, pasture
fattening, dan kombinasi antara keduanya (Siregar, 2008).
Penggemukan dry
lot fattening diperuntukkan bagi sapi berumur 1 tahun dan lamanya
penggemukan sekitar 4-6 bulan dengan pemberian biji-bijian atau
kacang-kacangan. Penggemukan pasture fattening yaitu sapi yang
digembalakan di padang penggembalaan. Kombinasi pasture – dry
lot fattening dilakukan di daerah tropis dengan cara pada saat musim
penghujan ternak dilepas di padang penggembalaan dan pada saat musim kemarau
ternak dikandangkan dan diberi makanan biji-bijian dan hay (Murtidjo,
1990). Hasil akhir ternak sapi potong adalah sapi yang gemuk dan dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh dan recahan sebanyak 46,5%.
Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran sapi tergantung target akhir dari bobot
sapi yang ditentukan dan bakalan sapi yang dibesarkan (Yulianto dan Saparinto,
2010)
2.3 Metode Pemeliharaan dan Penggemukan Sapi Potong (Sapi
Bali)
Penggemukan sapi dengan sistem kereman dilakukan
dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama
beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan
sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat
sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana
selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari
hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada ketersediaan
pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).
2.4 Perkandangan
1. Syarat
Kandang
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha
peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang
baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk
melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan
matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang.
2. Kontruksi
Kandang
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan
mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan
Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu
berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak.
Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak
yang memiliki sudut tajam,(Wello, 2011).
Dalam perkandangan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Atap
kandang
2.
Tinggi kandang
3.
Kerangka kandang
4.
Dinding kandang
5.
Lantai kandang
6.
Tempat pakan dan air
minum
7.
Selokan
3. Model
Kandang
Menurut Purnawan dan Saparinto (2009) ada 2 model kandang sapi,
yakni kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion
barn).
·
Kandang Bebas
Kandang bebas merupakan barak atau areal yang cukup luas dengan atap diatasnya.
Kandang ini ditempati populasi sapi tanpa adanya batasan sedikit pun.
·
Kandang konvensional
Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim
disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga
macam yaitu stall tunggal, stall ganda tail
to tail, danstall face to face.
4.
Peralatan Kandang
Dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk
keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan bersih,
adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sbegai berikut:
1.
Ember
2.
Sikat
3.
Sekop
4.
Sapu
5.
Gerobak
2.5 Sistem Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu
maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang terpenting
adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan
mineral bagi ternak.
Pakan ternak digolongkan menjadi 3 yaitu :
a.Pakan Hijauan
Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun
tumbuhan, misalnya bangsa rumput (Gramineae), legum dan tumbuh-tumbuhan lain.
Pakan hijauan ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu dalam bentuk
hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih segar ataupun berupa “silase”) dan
dalam bentuk kering, bisa berupa “hay” (hijauan yang sengaja dikeringkan) atau
jerami kering (sisa hasil ikutan pertanian yang dikeringkan). Pakan hijauan ini
banyak mengandung serat kasar. Seekor ternak sapi diberi hijauan tergantung
dari berat badannya, sekitar ± 10% dari berat badan.
b.Pakan Konsentrat (Penguat)
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk
melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan
konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna. Pemberian
pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan. Contoh bahan pakan
konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
c.Pakan Tambahan
Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan tambahan ini
dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di
dalam kandang terus menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin
A (karotina) dan vitamin D. Mineral dibutuhkan oleh sapi untuk berproduksi.
Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama adalah Ca dan P. Ca dan P ini dapat
diperoleh dari tepung tulang (mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya
dapat diberikan kepada sapi dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari
seluruh ransum yang diberikan.
2.6 Sanitasi dan Pencegahan Penyakit
Pencegahan merupakan
tindakan untuk melawan berbagai penyakit. Usaha pencegahan ini meliputi
karantina atau isolasi ternak, vaksinasi, deworming, serta
pengupayaan peternakan yang higienis (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Sapi-sapi
bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu
dimasukkan ke dalam kandang karantina yang letaknya terpisah dari kandang
penggemukan. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi bakalan berada
di kandang karantina. Pemberian vaksin cukup dilakukan sekali untuk setiap ekor
karena sapi hanya dipelihara dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 3-4 bulan
(Abidin, 2008).
2.7
Produktivitas ternak potong
Secara
umum produktivitas seekor ternak ditentukan oleh tiga faktor yaitu genetik,
lingkungan, dan umur. Faktor keturunan akan mempengaruhi performa seekor ternak
dan faktor lingkungan merupakan pengaruh kumulatif yang dialami oleh ternak
sejak terjadinya pembuahan hingga dewasa (Bassit wello, 2011). Produktifitas
juga di tentukan oleh pakan, jika pakan yang diberikan nutrisinya rendah maka
akan berpengaruh pada produktifitas ternak tersebut.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari
minggu sampai hari kamis, tanggal 10 Mei sampai dengan 14
mei 2015 bertempat dikelompok ternak bunga merah 2 di suranadi utara,
Narmada.
3.2 Materi Praktikum
1.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah : tongkat ukur, pita ukur,
timbangan.
2.
Bahan yang digunakan
adalah : 14 ekor sapi,rumput lapangan,dan petrnak.
3.3
Variabel yang di amati
1. Pendidikan
peternak : pengetahuan tentang beternak, pengalaman beternak.
2. Manajemen
pemeliharaan : sistem yang digunakan, teknik pemberian pakan dan konsumsi pakan
per hari, tatalaksana perkembangbiakan, penjualan, perkandangan dan
kesehatannya.
3. Struktur
populasi : jumlah ternak yang dimiliki peternak, ternak di jual, ternak lahir,
ternak mati dan di afkir.
4. Produktifitas
ternak : mengamati produksi dan reproduksi ternak
5. Ukuran-ukuran
tubuh ternak seperti lingkar dada, panjang badan, dan tinggi gumba, berat badan
berdasarkan pita ukur,dan rumus.
6.
Analisa ekonomi
peternak : menghitung pendapatan bersih dan pendapatan peternak.
3.4 Metode praktikum
1. Tahap
I : Pengunjungan lokasi tempat
praktikum sekaligus perkenalan kepada peternak
2. Tahap
II : Wawancara terhadap peternak
(kuisioner) sekaligus pengamatan terhadap ternak : panjang badan, lingkar dada,
kondisi tubuh, kehalusan bulu, kondisi mata, pengukuran luas kandang dan
pengukuran tempat makan dan minum.
3. Tahap
III : Pengamatan ternak umur ternak
melalu berapa jumlah gigi seri yang tumbuh.
4. Tahap
IV : Pengukuran panjang badan,tinggi
gumba,dan lingkar dada sapi. Melakukan pengukuran dan perhitungan ternak
meliputi,lingkar dada ternak,dan bobot badan berdasarkan pita ukur pada ternak
sapi serta perhitungan menurut rumus.
5. Tahap
V : Pembersiahan tempat pakan kemudian
penimbangan pakan yang diberikan, dan
sisa pakan selama 24 jam sebanyak 3 kali penimbangan sehingga akan
mendapatkan konsumsi sapi yang di amati.
6. Tahap
VI : Pengamatan kesehatan ternak,dan analisa ekonomi usaha ternak.
7.
Tahap VII : Pemberian hadiah pada peternak dan ucapan
terima kasih kepada peternak.
3.5
Definisi oprasional
Adapun definisi operasional dalam
praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Struktur Populasi adalah: Proporsi
anak, muda dan dewasa pada masing-masing jenis kelamin ternak yang ada saat
pengamatan. Yakni; dengan mencatat jumlah sapi yang dikatagorikan sebagai anak,
muda dan dewasa yang dipelihara oleh responden kemudian diidentifikasi menurut
jenis kelamin
2. Populasi Dasar adalah :Total
populasi ternak yang ada pada tahun pengamatan ,yakni; total dari ternak yang
dimiliki saat pengamatan, ternak mati, ternak keluar (dijual, dipotong
pengembalian kadasan, disumbangkan dll) dikurangi ternak yang dibeli pada tahun
tersebut
3. Service per Conception (S/C) adalah :
Jumlah perkawinan untuk satu kebuntingan / berapa kali ternak dikawinkan alam/(IB)
untuk menghasilkan kebuntingan
4. Angka Kelahiran ( Calf Crop/Calving Rate) adalah
:Jumlah anak yang lahir pertahun dibagi dengan jumlah
betina dewasa atau populasi dikali 100%
5. Panen Pedet adalah
:Dihitung dari jumlah anak yang lahir hidup dalam setahun dibagi dengan jumlah
betina dewasa atau populasi dikali 100%
6. Umur Produktif adalah :Umur
mulai digunakan dalam pembiakan sampai dijual atau afkir
7. Lama digunakan dalam Pembiakan
adalah :Lama waktu sejak pertama kali kawin(anak I) sampai di afkir Jumlah anak
yang dapat dilahirkan selama hidup dikurangi satu dikalikan jangka beranak
dikurangi umur kawin I
8. Angka Kemajiran adalah :Jumlah
sapi jantan (kebiri) dan betina yang tidak mampu menghasilkan keturunan
9. Umur Afkir adalah :Dihitung
berdasarkan jumlah anak yang dapat dilahirkan induk selama hidup dikurangi satu
dikalikan jangka beranak dan ditambah dengan umur kawin I. Dapat juga diketahui
berdasarkan rata-rata umur ternak dijual/ dipotong
10. Angka Kematian adalah
:Persentase ternak yang mati dalam satu tahun dari populasi dan atau betina
dewasa
11. Pertumbuhan Alami / Natural Increase (NI)
adalah :Selisih antara angka kelahiran dengan angka kematian
12. Net Replacement Rate (NRR)
adalah :Jumlah anak betina yang lahir dan dapat hidup sampai pada umur tertentu
dibagi dengan jumlah kebutuhan ternak betina pengganti setiap tahun dikalikan
100%
13. Service Period( Days Open/ Heat Period)
adalah :Waktu yang dibutuhkan sejak melahirkan sampai pada perkawinan kembali
14. Non Return Rate adalah :Sapi
betina yang dikawinkan kembali setelah perkawinan pertama dan tidak bunting
(dinamakan juga kawin ulang)
3.6 Analisa data
Analisis
data di yang di gunakan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
peternak dan kelompok ternak Buga merah 2,desa suranadi,narmada yang meliputi
jumlah pemberian pakan,tinggi badan,berat badan berdasarkan pita ukur,tabel,dan
hitungan kemudian data atau hasil di tabulasi menurut jenis perhitungannya
nilai rata-rata dan stndar depesiasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Latar Belakang Peternak
a.Identitas
peternek
Dalam pelaksanaan
perktikum yang dilakukan pada hari minggu sampai dengan hari kamis yang
bertempat di desa suranadi,kecamatan narmada,kabupaten lombok baret.Dilakukan
wawancara peternak dari umur peternak,pendidikan terakhir,tanggungan
keluarga,pekerjaan pokok,pekerjaan sampingan,pemilikan lahan,kursus beternak
yang pernah diikuti,dan pengalaman beternak.
Tabel 1 : Latar belakang peternak
No
|
Variabel
|
Nilai
X – SD
|
1
|
Umur
peternak (tahun)
|
56,5 ±
12,1
|
2
|
Pendidikan
|
|
TSD
|
5
(83%)
|
|
SD
|
1
(17%)
|
|
SLTP
|
0 (0%)
|
|
SLTA
|
0 (0%)
|
|
PT
|
0 (0%)
|
|
3
|
Tanggungan
keluarga
|
2,8 ± 1,3
|
4
|
Pekerjaan
pokok
|
|
a.
Petani/peternak
|
5
(83%)
|
|
b.
Pegawai negeti/TNI
|
0 (0%)
|
|
c.
Pegawai swasta
|
0 (0%)
|
|
d.
Pedagang/pengusaha
|
1
(17%)
|
|
e.
Buruh/pertukangan
|
0 (0%)
|
|
f.
Lainnya
|
0 (0%)
|
|
5
|
Sampingan
|
|
a.
Petani/peternak
|
1
(17%)
|
|
b.
Pegawai negeti/TNI
|
0 (0%)
|
|
c.
Pegawai swasta
|
0 (0%)
|
|
d.
Pedagang/pengusaha
|
0 (0%)
|
|
e.
Buruh/pertukangan
|
5
(83%)
|
|
f.
Lainnya
|
0 (0%)
|
|
7
|
Pemilikan
lahan
|
|
a.
Lahan pekarangan (are)
|
6 ± 0,8
|
|
b.
Lahan sawah (Ha)
|
-
|
|
c.
Kebun (Ha)
|
-
|
|
8
|
Kursus
berternak yang pernah diikuti
|
|
a.
Pernah
|
0 (0%)
|
|
b.
Tidak pernah
|
6
(100%)
|
|
9
|
Pengalaman
beternak
|
13 ± 7,1
|
10
|
Jumlah
ternak yang dimiliki
|
|
Sapi
|
6
(100%)
|
|
Kambing
|
0 (0%)
|
|
Domba
|
0 (0%)
|
|
Babi
|
0 (0%)
|
|
Kelinci
|
0 (0%)
|
|
11
|
Jumlah
ternak sapi yang dimiliki
|
|
Anak menyusui
|
1 ± 0
|
|
Anak sapihan
|
1 ± 0
|
|
Muda (sapihan-kawin)
|
1 ± 0
|
|
Dewasa
|
1,3 ±
0,5
|
|
Jumlah
|
2,5 ± 1
|
|
12
|
Bangsa
sapi yang dimilki
|
|
a.
Sapi bali
|
6
(100%)
|
|
b.
Sapi simental
|
0 (0%)
|
|
c.
Sapi simbal
|
0 (0%)
|
|
d.
Silangan
|
0 (0%)
|
|
13
|
Ciri-ciri
sapi yang paling disukai
|
|
Sapi
jantan
|
4 (27%)
|
|
a.
Bulu
|
0 (0%)
|
|
b.
Tanduk
|
1 (7%)
|
|
c.
Warna
|
1 (7%)
|
|
Sapi
betina
|
5 (33%)
|
|
a.
Bulu
|
0 (0%)
|
|
b.
Tanduk
|
0 (0%)
|
|
c.
Warna
|
2
(13%)
|
|
Anak
sapi
|
2 (13%)
|
|
a.
Bulu
|
0 (0%)
|
|
b.
Tanduk
|
0 (0%)
|
|
c.
Warna
|
0 (0%)
|
|
14
|
Jenis
ternak yang paling disenangi
|
|
Sapi
|
6
(100%)
|
|
Kambing
|
0 (0%)
|
|
Domba
|
0 (0%)
|
|
Babi
|
0 (0%)
|
|
Kelinci
|
0 (0%)
|
|
15
|
Asal
usul ternak
|
|
a.
Keturunan sendiri
|
2
(22%)
|
|
b.
Membeli
|
||
-
Dipasar hewan
|
2
(22%)
|
|
-
Dari per orangan
|
0 (0%)
|
|
-
Bagi hasil atau pemberian
|
0 (0%)
|
|
-
Warisan orang tua
|
0 (0%)
|
|
-
Kadasan dari pemerintah
|
5
(56%)
|
|
-
Kadasan tetangga atau swasta
|
0 (0%)
|
|
16
|
Motivasi
beternak
a.
Untuk tenaga kerja
|
0 (0%)
|
b.
Penarik gerobak
|
0 (0%)
|
|
c.
Untuk dikembangbiakkan/pembibitan
|
6
(29%)
|
|
d.
Sebagai ternak potong / penggemukan
|
1 (5%)
|
|
e.
Produksi susu
|
0 (0%)
|
|
f.
Menambah pendapatan
|
5
(24%)
|
|
g.
Tabungan/penyangga
|
6
(29%)
|
|
h.
Status sosial/adat
|
0 (0%)
|
|
i.
Diambil pupuknya
|
3
(14%)
|
|
j.
Hobi/kegemaran/hiburan
|
0 (0%)
|
|
17
|
Hal-hal
apa saja yang mendorong bapak untuk memelihara sapi
|
|
Segi
teknis
|
||
a.
Mudah memlihara/jinak/penurut
|
6
(40%)
|
|
b.
Mudah menggunakan pakan yang berkualitas rendah
|
5
(33%)
|
|
c.
Perkawinan tidak sulit/mampu kawin sendiri
|
4
(27%)
|
|
d.
Pemeliharaan hanya sekedar diserahkan pada alam namun masih
mampu berproduksi dengan baik
|
0 (0%)
|
|
e.
Tahan penyakit
|
0 (0%)
|
|
f.
Lainnya
|
0 (0%)
|
|
Segi
ekonomis
|
||
a.
biaya tenaga kerja rendah/tidak ada
|
5
(22%)
|
|
b.
baiaya pakan rendah/tidak ada
|
5
(22%)
|
|
c.
penjualan mudah harga memadai
|
5
(22%)
|
|
d.
penjualan sulit dan harga murah
|
0 (0%)
|
|
e.
harga pembelian murah
|
0 (0%)
|
|
f.
biaya perkawinan, obat-obatan, dan vaksinasi murah
|
5
(22%)
|
|
g.
ongkos tenaga kerja sapi tinggi
|
0 (0%)
|
|
h.
menghasilkan pupuk
|
3
(13%)
|
|
i.
lainnya
|
0 (0%)
|
|
Segi social
|
||
a.
mempertahankan warisan
|
2
(15%)
|
|
b.
pristise keluarga
|
6
(46%)
|
|
c.
ternak kegunaan untuk karapan
|
0 (0%)
|
|
d.
meningkatkan gizi keluarga
|
0 (0%)
|
|
e.
penting dalam upacara adat
|
0 (0%)
|
|
f.
lainnya
|
5
(38%)
|
|
18
|
Pemanfaatan
pupuk kandang
|
|
a.
dibuang
|
0 (0%)
|
|
b.
diberikan orang lain
|
0 (0%)
|
|
c.
untuk memupuk tanaman
|
0 (0%)
|
|
d.
dijual
|
5
(83%)
|
|
e.
lain-lain
|
1
(17%)
|
Peternak pada kelompok
ternak Bunga merah 2 rata-rata berumur 56,5 tahun dan ada tiga orang peternak
yang sudah berumur produktif,sedangkan pendidikannya 83% tidak tamat SD dan 17%
tamat SD,peternak bekerja pokok sebagai petani dan peternak sekitar 83% untuk
tabungan masa depan sedangkan 17% lain, sedangkan buruh sebagai usaha sampingan
sekitar 83% untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Terkait masalah beternak, ilmu
pengetahuan tentang beternak terbatas dan belum menggunakan teknologi sehingga
peternak memelihara ternaknya dengan cara sistem pemeliharaan tradisional.
Hampir semua di kelompok
ternak bunga merrah 2 peternaknya memiliki ternak sapi Bali tidak lebih dari
lima ekor sehingga termasuk kedalam peternakan sapi potong keluraga yaitu usaha
tani keluarga dengan memanfaatkan tenaga, sumber uang kontan/tabungan, pupuk,
dan lain-lain.Rata-rata kepemilikan ternak pada kelompok ternak bungga merah 2
sekitar 2,5±1.Kepemilikan ternak
sebagian besar bersal dari bantuan pemerintah dan masih dalam sekala kecil dari
2-3 ekor.kepemilikan ini masih terbilang kurang dalam hal ternak dan materi.
4.2 Tatalaksana pemeliharaan
Cara/sistem
pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif dan semi intensif. Pemeliharaan ternak secara
intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan acra dikandangkan secara
terus-menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and carry. Pemeliharaan
secara ekstensif adalah pemeliharaan ternak di padang penggembalaan.Sapi perlu dimandikan secara rutin untuk
menjaga kebersihan tubuh dan mencegah muculnya sarang penyakit pada tubuh
sapi.Sedangkan pemeliharaan secara semi intensif yaitu pemeliharaan ternak
didalam dan diluar kandang.
Dari
hasil pengamatan/praktikum yang kami lakukan bahwa petetrnak melakukan
pemeliharaan didalam kandang(intensif),serta pemberian pakan pun dilakukan
didalam kandang.
Tabel
2. Tatalaksana pemeliharaan dan pakan
NNO
|
Variabel
|
X – SD
|
1
|
Cara
pemeliharaan ternak
|
|
a.
Dikandangkan
-
Ya
-
Tidak
|
6
(100%)
|
|
b.
Diikat terus menerus
|
||
c.
Diikat dan dikandangkan
|
||
d.
Dilepas begitu saja
|
||
e.
Dilepas dan pada saat tertntu di kandangkan
|
||
f.
Dipelihara pada padang penggembalaan
|
||
2
|
Kandang yang digunakan :
a.
Kelompok
b.
Sendiri
|
6
(100%)
|
3
|
Kondisi kandang tersebut adalah :
|
|
a.
Rerata luas kandang
|
12
± 0
|
|
b.
Bahan bangunan kandang
v Dinding
-
Tanpa dinding/berdinding dengan bahan
§ Bambu
§ Papan (kayu)
§ Pagar hidup
§ Permanen
v Atap
-
Tanpa atap
-
Beratap
§ Alang-alang
§ Rumbia
§ Jerami
§ Seng
§ Genteng
§ Asbes
v Lantai
-
Tanah dipadatkan
-
Bata ditimbun tanah
-
Bata disemen
-
PC
|
6
(60%)
4
(40%)
6
(50%)
6
(50%)
5
(83%)
1
(17%)
|
|
4
|
Tempat makan dari :
-
Kayu
-
Papan
-
Bambu
|
6
(33%)
6
(33%)
6
(33%)
|
5
|
Rerata ukuran tempat pakan
|
1,3 ± 0,6
|
6
|
perkiraan biaya kandang
|
1.666.667
± 516.397,8
|
7
|
umur teknis kandang
|
6,5 ± 0,8
|
8
8
|
Cara pemberian pakan
|
|
a.
Anak
§ Rumput lapangan
§ Unggul
§ Dedaunan/legume
§ Jerami kacang
§ Jerami padi
§ Jerami jagung
|
15
± 0
|
|
b.
Muda
§ Rumput lapangan
§ Unggul
§ Dedaunan/legume
§ Jerami kacang
§ Jerami padi
§ Jerami jagung
§ Pakan penguat
|
16
± 6,0
|
|
c.
Dewasa
§ Rumput lapangan
§ Unggul
§ Dedaunan/legume
§ Jerami/limbah
§ Jerami kacang
§ Jerami padi
§ Jerami jagung
|
23,5
±3,2
|
|
9
|
Pemberian pakan dikandang
|
|
-
Frekuensi pemberian pakan dikandang seiap hari
§ 1 kali
§ 2 kali
§ 3 kali
§ 4kali
§ Tidak tentu
|
1
(17%)
4
(67%)
1
(17%)
|
|
10
|
Apakah bapak biasanya menyediakan air minum
pada ternaknya ?
a.
Ya, tiap hari
b.
Ya, sewaktu-waktu
c.
Tidak pernah
|
5
(83%)
1
(17%)
|
11
|
Apakah bapak biasanya menyediakan garam pada
ternaknya ?
a.
Ya, tiap hari
b.
Ya, sewaktu-waktu
c.
Tidak pernah
|
1
(17%)
5
(83%)
|
12
|
Apakah bapak biasa memandikan/mengubangkan
ternaknya ?
a.
Ya, tiap hari
b.
Ya, sewaktu-waktu
c.
Tidak pernah
|
3
(50%)
3
(50%)
|
13
|
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
beternak
a.
Anggota keluarga sendiri
b.
Tenaga dari luar
c.
Anggota keluarga + orang lain
|
1,6
± 0,5
|
14
|
Hmabatan dalam pemeliharaan:
a.
Tidak ada hambatan
b.
Ada hambatan
|
6
(100%)
|
15
|
Hambatan utama dirasakan dalam segi :
a.
Mencari pakan
b.
Kurangnya padang penggembalaan
c.
Kesulitan tenaga kerja
d.
Penyakit
e.
Keamanan / nonteknis
f.
Lainnya
|
5 (71%)
2
(29%)
|
Tatalaksana pemeliharaan
ternak meliputi cara pemeliharaan ternak yaitu di ikat dalam dikandangkan/dikandangkan
dan kandang yang digunakan milik kelompok sehingga dalam kandang tersebut
terdapat banyak ternak dan pemiliknya juga oleh banyak orangsedangkan rata-rata
kandang di kelompok ternak bunga merah 2 sekitar 6,5±0,8 . Dalam
tatalaksana pemberian pakan biasanya 2 kali sekitar 67% sehari pagi dan sore.Pada
kelompok ternak bunga merah 2 ini mempunyai hambatan pada pakan seditar 71% dan
jauga pada penyakit 29%.
4.3 Perkandangan
dan kesehatan ternak
a.Perkandangan
Kandang
berfungsi sebagai tempat berlindung sapi dari gangguan cuaca, tempat sapi
beristirahat, dan mempermudah dalam pelaksanaan pemeliharaan pada sapi.Tipe
kandang berdasarkan bentuknya ada dua, yaitu kandang tunggal dan kandang ganda.
Kandang tunggal terdiri atas satu baris kandang yang dilengkapi dengan lorong
jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada dua macam yaitu sapi saling
berhadapan (head to head) dan saling bertolak-belakang (tail to tail)
yang dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan pengontrolan
ternak.
Pada
hasil pengamatan/praktikum yang dilakukan kandang yang digunakan yaitu milik
kelompok.Sedangkan kondisi kandang ternak kering dan besih,karena peternak
disana rajinun sehingga setiap hari kandang di bersihkan. Bahan bagunan kandang
dari dinding (tanpa dinding) kandang hanya menggunakan kayu sebagai tiang untuk menopong atap.Atap menggunakan (seng
dan asbes),lantai (tanah dipadatkan dan PC) sebagian besar peternak menggunakan
tanah yang dipadatkan dan sebagian peternak menggunakan PC.
b. Kesehatan
Kesehatan
ternak harus diperhatikan dengan baik. Kesehatan pada ternak merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam pemeliharaan ternak . Ternak yang sakit tidak
mampu memberikan hasil yang maksimal dan produktivitas ternak . Kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah penyakit dan
pengendalian penyakit pada ternak diantaranya yaitu dengan sanitasi yang
teratur seperti pembersihan kandang, tempat pakan, tempat minum, dan ternaknya
itu sendiri. Kesehatan ternak yang ada di kelompok ternak bunga mawar 2 cukup
baik,karena kandang yang bersih dan tanah yang kering sehingga ternak terhindar
dari penyakit.
4.4 Tatalaksana
pakan
Pakan
merupakan salah satu faktor terpenting bagi produktivitas ternak karena biaya
yang digunakan dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi, sehingga
diperlukan manajemen yang tepat dan efisien agar tidak rugi. Pakan dibagi
menjadi dua yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat. Bahan pakan yang
diberikan pada ternak sapi di kandang ternak potong diantaranya harus tercukupi
nutrisinya.
Pakan
sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang
produktivitas ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu hijauan dan konsentrat.
Peternak responden memberikan pakan biasanya 3 kali
dalam sehari. Karena tidak memiliki
lahan tempat menanam pakan, sehingga biasanya peternak membeli rumput,sehingga
pakan yang biasa diberikan adalah rumput liar, rumput lapangan. Ternak tidak
pernah digembalakan karena tidak ada lahan.
Air
minum disediakan oleh peternak dalam jumlah yang terbatas, disediakan 2 kali
dalam sehari.Pemberian air minum di dalam kandang menggunakan ember,karena di
dalam kandang tidak memiliki tempat khusus sebagai tempat penampungan air
minum.
Frekwensi pemberian
pakan setiap hari yakni 2
kali, Sumber pakan biasanya Mencari
di sawah, pemberian pakan hasil pengamatan:
4.5 Tatalaksana perkembang biakan
Perkembang biakan ternak
biasanya dilakukan oleh peternak yang dilihat dari tanda-tanda/tingkah laku ternak pada saat birahi yaitu seperti sering mengembik-ngembik tanpa sebab,
menggosok-gosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang,
ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput
bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih.kemudian
peternak seseger mungkin megawinkan ternaknya, karena
masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 16 sampai 20 jam setiap
kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21 hari),jika ternak telat untuk
dikawinkan ternak tersebut akan tidak bunting selama setahun dan akan menunggu
lagi setahun lagi pada saat ternak birahi.Tapi peternak bunga mawar 2 paham/tau
tanda-tanda ternak bunting dan segera ternak untuk dikawinkan.
Tabel 3: Tatalaksana Perkembang biakan
No
|
Variabel
|
X – SD
|
1
|
Perkawinan ternak biasanya terjadi :
a.
Sepanjang tahun
b.
Hanya pada saat/musim tertentu saja
c.
Tidak pernah tahu
|
3 (60%)
2 (20%)
2 (20%)
|
2
|
Cara mengawinkan ternak :
a.
Kawin alam
b.
Kawin suntik
|
5 (100%)
|
3
|
Tempat terjadinya perkawinan ternak biasanya
terjadi di :
a.
Padang penggembalaan
b.
Kandang
c.
Dibawa ketempat pejantan
d.
Tidak pernah tahu
|
5 (100%)
|
4
|
Apakah bapak menyewa pejantan untuk mengawini
ternak ?
a.
Ya
b.
Tidak
|
5 (100%)
|
5
|
Apakah peternak mengetahui gejala birahi
ternaknya :
a.
Ya
-
Siang
-
Malam
b.
Tidak
|
2 (40%)
3 (60%)
|
6
|
Bila ya, apakah bapak segera berusaha
mengawinkan ternaknya ?
a.
Ya
b.
Tidak
|
5 (100%)
|
7
|
Kapan biasanya timbul birahi pertama setelah
beranak
a.
1-2 bulan
b.
2-4 bulan
c.
4-5 bulan
d.
5-6 bulan
e.
> 6 bulan
|
1 (20%)
2 (40%)
1 (20%)
1 (20%)
|
8
|
Sapi sehabis beranak dikawinkan kembali pada
waktu
a.
1-3 bulan
b.
3-5 bulan
c.
5-7 bulan
d.
7-9 bulan
e.
> 9 bulan
|
4 (80%)
1 (20%)
|
9
|
Umur ternak sapi sebaiknya mulai dikawinkan
pertama kali
a.
Sapi betina
-
Umur (tahun)
-
Berat (kg)
b.
Sapi jantan
-
Umur (tahun)
-
Berat (kg)
|
2,4 ± 0,5
176,1 ± 26,3
3,6 ± 0,8
237 ± 27,9
|
10
|
Jumlah kali dikawinkan induk tersebut menjadi
bunting
a.
Satu kali
b.
Dua kali
c.
Tiga kali
d.
Lebih dari tiga kali
|
2 (40%)
1 (20%)
2 (40%)
|
11
|
Sapi betina yang tidak pernah beranak sampai
berumur diatas 8 tahun
a.
Ada
b.
Tidak
|
5 (100%)
|
13
|
Apakah dirasakan kekurangan pejantan didesa
bapak
a.
Ya
b.
Tidak
|
2 (40%)
3 (60%)
|
14
|
Induk ternak biasanya melahirkan untuk
pertama kali pada umur
a.
3,0 - 3,5 th
b.
3,5 – 4,0 th
c.
4,0 - 4,5th
d.
4,5 – 5,0 th
e.
5,0 - 5,5 th
f.
> 5,5 th
|
4 (80%)
1 (20%)
|
15
|
Kelahiran ternak biasanya terjadi
a.
Sepanjang tahun
b.
Hanya saat tertentu
c.
Tidak pernah tahu
|
4 (80%)
1 (20%)
|
16
|
Umur pertama kali beranak
a.
Yang paling cepat (tahun)
b.
Yang paling lambat (tahun)
|
2,6 ± 0,5
3,7 ± 0,4
|
17
|
Umur pubertas
a.
Jantan (bulan)
b.
Betina (bulan)
|
39 ± 5,0
36 ± 12
|
18
|
Lama kebuntingan
|
9,3 ± 0,2
|
19
|
Jumlah induk ternak yang telah beranak dalam
tahun ini
a.
Anak yang dilahirkan
Ø Jantan
Ø Betina
|
1,3 ± 0,5
1 ± 0
|
20
|
Jangka beranak (induk dapat beranak kembali
sesudah)
a.
11-13 bln
b.
14-16 bln
c.
17-19 bln
d.
20-24 bln
e.
> 25 bulan
|
4 (80%)
1 (20%)
|
21
|
Apakah bapak melakukan penyapihan terhadap
anak sapinya
a.
Ya
b.
Tidak
|
2 (40%)
3 (60%)
|
22
|
Jumlah anak yang dapat disapih selama 2 tahun
terakhir ini
|
1,3 ± 0,5
|
23
|
Pemberian pakan khusus untuk reproduksi
a.
Tidak ada
b.
Ada pemberian pada sapi :
-
Dara
-
Flushing
-
Betina bunting
-
Betina menyusui
-
Calon pejantan
-
Pejantan
-
Lainnya
|
5 (100%)
|
Pengamatan
yang kami lakukan pada kelompok peternak di bunga mawar 2,perkawinan ternak
biasanya terjadi sepanjang tahun sedangkan cara perkawinkan menggunakan kawin
alam yaitu dengan pejantan yang disewa dengan harga Rp.50.000/sekali
ejakulasi.Tempat terjadinya perkawinkan ternak biasanya di kandang sehengga
pejantan dibawa kekandang beteina untuk dikawinkan.Pada saat ternak dikawinkan
sehingga terjadi kebuntingan yaitu satu kali terjadi perkawinan. Sebelum
mengawini ternaknya peternak mengetahui gejala birahinya dan segera berusaha
mengawinkan ternaknya. Biasanya ternak timbul birahi pertama pada saat 2 bulan
setelah beranak. Umur ternak betina di afkir/dijual
sekitar 12 tahun.
4.6 Produktivitas ternak
Produktifitas ternak
merupakan salah satu faktor yang menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu usaha
peternakan baik pada penggemukan atau pembibitan.
Penggemukan sapi adalah usaha memacu pertumbuhan sapi untk mencapai peningkatan
bobot badan pada fase pertumbuhan yang tepat . Sistem penggemukan terdiri dari
tiga macam, yaitu dry lot
fattening, pasture
fattening, dan kombinasi antara keduanya.Sedangkan arti pembibitan adalah
suatu tindakan peternak untuk menghasilkan ternak bibit, dimana yang dimaksud
dengan temak bibit adalah ternak yang memenuhi persyaratan dan karakter
tertentu untuk dikembangbiakan dengan tujuan standar produksi /kinerja yang
ditentukan. Pada peternakan yang berbasis peternakan rakyat terutama yang diterapkan oleh peternak
responden biasanya secara sederhana.Peternakan sebagian besar di masyarak
hususnya di lombok masih terbilang sederhana dan trdisional yaitu sebagai
pekerjaan sampingan dan pada pengamatan kami
sebagian besar peternak di pulau lombok melakukan usaha
pembibitan/memperbanyak,jika sewaktu-waktu dibutuhkan akan di jual dan bisa juaga sebagai tabungan.
Tabel 4: Produktivitas ternak
No
|
Variabel
|
X – SD
|
1
|
Anak jantan
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
Anak betina
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
|
98 ± 0
109 ± 0
89 ± 0
224 ± 0
86,1 ± 11,0
98,6 ± 6,7
89,6 ± 41,8
150,5 ± 0
|
2
|
Sapihan jantan
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
sapihan betina
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
|
87,2 ± 12,0
99,5 ± 9,1
132,7 ± 17,3
`199,2 ± 68,9
|
3
|
Muda jantan
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
Muda betina
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
|
104 ± 0
108 ± 0
157,5 ± 0
314,5 ± 0
108 ± 0
148 ± 0
108 ± 0
|
4
|
Dewasa jantan I
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
Dewasa jantan II
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
Dewasa betina I
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
Dewasa betina II
a.
Tinggi gumba
b.
Panjang badan
c.
Lingkar dada
d.
Berat badan
|
109 ± 4,2
113 ± 4,2
169 ± 0,7
380,5 ± 13,4
106 ± 0
120 ± 0
168 ± 0
384 ± 0
103,6 ± 3,8
109,8 ± 4,1
140,2 ± 24,8
286,8 ± 72,5
|
5
|
Jumlah induk ternak yang telah beranak dalam
tahun ini
a.
Anak yang dilahirkan
Ø Jantan
Ø Betina
|
1,3 ± 0,5
1 ± 0
|
6
|
Jangka beranak (induk dapat beranak kembali
sesudah)
a.
11-13 bln
b.
14-16 bln
c.
17-19 bln
d.
20-24 bln
e.
> 25 bulan
|
4 (80%)
1 (20%)
|
7
|
Apakah bapak melakukan penyapihan terhadap
anak sapinya
a.
Ya
b.
Tidak
|
2 (40%)
3 (60%)
|
8
|
Jumlah anak yang dapat disapih selama 2 tahun
terakhir ini
|
1,3 ± 0,5
|
9
|
Jumlah ternak yang dimiliki
|
|
Sapi
|
2,5 ± 0,5
|
|
Kambing
|
||
Domba
|
||
Babi
|
||
Kelinci
|
||
10
|
Jumlah ternak sapi yang dimiliki
|
|
Anak
menyusui
|
1 ± 0
|
|
Anak
sapihan
|
1 ± 0
|
|
Muda
(sapihan-kawin)
|
1 ± 0
|
|
Dewasa
|
1,3 ± 0,5
|
|
Jumlah
|
2,5 ± 1
|
|
11
|
Bangsa sapi yang dimilki
|
|
a.
Sapi bali
|
6 (100%)
|
|
b.
Sapi simental
|
||
c.
Sapi simbal
|
||
d.
Silangan
|
Produktivitas Ternak di
kelompok ternak bunga merah 2 rata-rata bagus karena setiap tahun ternaknya
melahirkan dan ternak tidak ada yang
mati. Untuk itu pengembangan peternak di desa suranadi kelompok ternak bunga
merah 2 harus mendapat perhatian dari pemerintah agar peternak dapat
meningkatkan produktivitas ternaknya lebih tinggi. Untuk itu peran Dinas Peternakan
sangat penting guna mengembangkan kemampuan beternak masyarakat baik dalam
memberikan pelatihan tentang beternak.
4.7 Pemasaran ternak
Alasan
utama menjual ternaknya adalah karena membutuhkan biaya/uang. Menurut peternak
responden, harga ternak naik biasnya pada
saat musim haji, dan menjelang bulan syawal. Kenaikan biasa terjadi saat
bulan juli sampai dengan bulan oktober dan harganya murah disaat musim panas
karena ternak kekutanggan pakan sehingga ternak menjadi agak kurus dan harganya
menjadi turun. Peternak menjual ternaknya pada tetangga atau warga 1 kampung,
dibeli di kandang, sehingga peternak tidak mengeluarkan biaya untuk
transportasi. Ternak dijual pada saat harga ternak memadai dan anak sudah
disapih.
Tabel 5. Pemasaran ternak
No
|
Variabel
|
X - SD
|
1
|
Induk ternak dijual/dipotong setelah
a.
Beranak (kali)
b.
Umur (tahun)
|
2 ± 1,4
|
2
|
Ternak jantan umumnya dijual/dipotong pada
umur (tahun)
|
3,7 ± 3,0
|
3
|
Umur produktif sapi jantan
Umur produktif sapi betina
|
4,5 ± 1,8
3,8 ± 1,0
|
4
|
-
Jumlah ternak yang dijual
a.
Anak jantan
b.
Anak betina
c.
Muda jantan
d.
Muda betina
e.
Dewasa jantan
f.
Dewasa betina
-
Jumlah ternak yang disembelih
a.
Anak jantan
b.
Anak betina
c.
Muda jantan
d.
Muda betina
e.
Dewasa jantan
f.
Dewasa betina
-
Jumlah ternak yang dikembaikan
a.
Anak jantan
b.
Anak betina
c.
Muda jantan
d.
Muda betina
e.
Dewasa jantan
f.
Dewasa betina
|
1,6 ± 0,5
1 ± 0
1 ± -
|
6
|
Tujuan/alasan menjual ternak
a.
Dijual sebagai ternak pootong
b.
Dijual sebagai ternak bibit
c.
Dijual karena sakit
d.
Membutuhkan biaya/uang
e.
Dijual karena terlalu banyak memelihara
f.
Dijual karena kesulitan pakan
g.
Lain-lain
|
1 (17%)
5 (83%)
|
7
|
Pada musim apa harga sapi paling tinggi
a.
Musim panen padi
b.
Musim panen palawija
c.
Musim haji
d.
Musim panas
e.
Musim hujan
f.
Lainnya
|
5 (42%)
1 (8%)
6 (50%)
|
8
|
Pada musim apa harga sapi paling murah
a.
Musim panen padi
b.
Musim panen palawija
c.
Musim haji
d.
Musim panas
e.
Musim hujan
f.
Lainnya
|
2 (25%)
3 (38%)
1 (13%)
2 (25%)
|
9
|
Dimana biasanya bapak menjual sapinya
a.
Dipasar hewan
b.
Antar peternak
c.
Pedagang perantara
d.
Tidak tentu
e.
Lainnya
|
2 (18%)
2 (18%)
3 (27%)
2 (18%)
2 (18%)
|
10
|
Harga sapi saat ini
a.
Anak jantan
b.
Anak betina
c.
Muda jantan
d.
Muda betina
e.
Dewasa jantan
f.
Dewasa betina
|
3.666.667 ±
1.336.260
3.083.333 ±
801.041
6.833.333 ± 2.926.887
4.833.333 ±
1.437.591
12.666.667 ± 2.875,181
9.166.667 ±
2714.160
|
11
|
Bagaimana biasanya bapak membawa sapi ke
pembeli
a.
Dengan jalan kaki
b.
Dengan kendaraan darat
c.
Menguunakan angkutan air
|
1 (20%)
4 (80%)
|
12
|
Lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa sapi
ke pembeli
a.
Dengan jalan kaki (jam)
b.
Dengan kendaraan darat (jam)
c.
Menguunakan angkutan air (jam)
|
2 ± 0
1,6 ± 0,4
|
13
|
Berapa biaya angkutan sapi ke pembeli per
ekor ?
a.
Dengan jalan kaki (Rp)
b.
Dengan kendaraan darat (Rp)
c.
Menguunakan angkutan air (Rp)
|
20.000 ± 0
55.000 ± 10.000
|
14
|
Jumlah ternak yang dibeli setahun ini
a.
Anak jantan
b.
Anak betina
c.
Muda jantan
d.
Muda betina
e.
Dewasa jantan
f.
Dewasa betina
|
1 (33%)
1 (33%)
1 (33%)
|
15
|
Tujuan membeli ternak untuk
a.
Bibit
b.
Menggarap lahan
c.
Digemukkan
d.
Karapan/kesenangan
e.
Disembelih
f.
Keperluan lainnya
|
2 (67%)
1 (33%)
|
Dari hasil pengamatan kami
dilapangan tempat praktikum managemen ternak potong dan kerja yaitu dusun
suranadi utara, Desa suranadi, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok barat.
Ternak sapi bali di daerah tersebut tidak untuk di kembelikan dan hanya untuk
dijual, sehingga pemasaran ternaknya hanya system rumahan saja jika ada
kebutuhan mendesak seperti ingin
membiayai kebutuhan sekolah anak-anaknya.dan biasanya disana cara
pemasaranya didatang langsung sodagar/pembeli sapi itu kekandang bukan peternak
yang membawa sapinya kepasar.
4.8 Pendapetan bersih peternak
Pada hasil pengamatan dan
analisis yang kami lakukan di kelompok peternak buga merah 2 sebagian besar pendapatanya
dalam beternak masih kurang dan masih minim sekali yang tercantum pada tabel 6.jika
di tambahkan dengan ternak akhir perhitungan pendapetan peternak penghasilan
bersinya tinggi di analisis data yang kami lakukan.
Tabel 6
: Biaya produksi dan pendapatan dalam beternak
Variabel
|
NILAI
X – SD
|
a. Penerimaan
-
Penjualan
sapi
-
Penjualan
kotoran
-
Sapi
akhir perhitungan
-
Sapi
dipotong
-
Pengembalian
sapi
|
19.000.000
±
17.649.363
19.700
±
116.672,6
16.083.333
±
4.079.420
|
Jumlah penerimaan
|
31.949.167 ± 18.348.254
|
b. Biaya variabel
-
Bakalan/bibit
-
Pakan
-
Obat-obatan
-
Tenaga
kerja
-
Bunga
biaya variabel
-
Perkawinan
ternak
-
Pertolongan
beranak
-
Lain-lainnya
|
1.286.667
±
1.158.044
140.000
±
124.499
|
Jumlah biaya variabel
|
1.403.333 ± 1.150.159
|
c. Gross margin (a-b)
d. Biaya tetap
-
Penyusutan
kandang
-
Penyusutan
alat
-
Lain-lain
|
30.545.833
±
17.272.029
4.300.000
±
5.985.399
215.333,3
±
229.314,9
|
Jumlah biaya tetap
|
3.691.000 ± 5.563.297
|
e. Total biaya (b+d)
|
5.094.333 ± 5.511.782
|
Pendapatan bersih (a-e)
|
26.854.833 ± 17.526.580
|
Pada hasil analisa
pendapatan bersih kelompok ternak bunga merah 2 yang kami lakukan rata-ratanya
sekitar Rp 26.854.833 ± Rp 17.526.580 sehingga pada peternakan ini sangatlah
berpotensi didalam betrnak.
4.9 Kendala utama yamg dihadapi dan
cara mengatasi
Salah
satu hambatan yang dirasakan oleh peternak responden selama beternak yaitu
kekurangan pakan,dan penaganan penyakit. Peternak membeli rumput untuk pakan
ternaknya di kebun dengan 100.000/perpetak selama setahun dan juga didalam
penaganan penyakitnya karena kekurangan biaya sehingga peternak melakukan
pengobatan seadanya atau secara sederhana. Sehingga ini merupakan kendala atau
masalah yang bisa dikatakan cukup serius karena pa dan kesehatan ternak
merupakan menejemen penentu yang paling penting didalam keberlangsungan usaha
peternakan.
Disamping
itu, pakan juga merupakan salah satu hambatan yang dirasakan oleh peternak.
Karena tidak adanya lahan sebagai tempat menanam, membuat peternak harus
keliling mencari pakan di kebun-kebun dan di sawah-sawah.
Pada
musim hujan biasanya ketersediaan rumput sebagai pakan ternak sangat melimpah,
namun pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas. Hal ini membuat
ternak mendapat pakan dengan jumlah banyak ketika musim hujan dan kekurangan
pada musim kemarau. Salah satu permasalahan lain yaitu ketika musim panen
tanaman pangan di sawah seperti padi, jagung, dan kacang tanah. Limbah dari
tanaman tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak,
sebagian besar dibuang/dibakar (terutama jerami padi) karena tidak tidak habis
digunakan sebagai pakan ternak. Peternak perlu diberikan pelatihan khusus agar
mempu memanfaatkan pakan dan limbah secara optimal, mengolah menjadi silase,
hay, dan sebagainya.
Optimalisasi
peran akademisi seperti mahasiswa dan dosen dalam hal ini sangat dibutuhkan
dalam rangka memberi penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan pemecahan
masalah-masalah tersebut. Disamping itu, peran pemerintah juga sangat
dibutuhkan terutama Dinas Peternakan terkait yang senantiasa melakukan
pelatihan-pelatihan kepada peternak, mengingat hambatan terbesar dalam usaha
peternakan rakyat selama ini adalah pendidikan peternak yang masih minim.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil pengamatan yang kami lakukan di kelompok
ternak bunga merah 2,desa suranadi,narmada khusunya ternak milik peternak
responden dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kondisi
ternak yang dimiliki sehat dan bentuk badannya ideal
2. Cara
beternak atau sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional
3. Jumlah
ternak yang dimiliki peternak responden kami adalah 14 ekor sapi yang terdiri
dari induk dewasa,jantan dewasa,betina muda,jantan muda,anak betina,dan anak
jantan.
4. Konsumsi
pakan yang di beriakan berbeda-beda berdasarkan ukuran tubuh ternak yang ada di
kelompok ternak buga merah 2 dari tiap-tiap peternak responden.
5. Hambatan
utama yang dihadapai peternaka adalah :
a.
Pengetahuan tentang ilmu peternakan yang sangat
terbatas
b.
Kekurangan pakan
c.
Tidak mampu mengelola atau memanajemen pakan
dengan baik
d.
Penaganan penyakit kurang
6. Penghasilan
peternak responden masih kurang dengan minimnya pengetahuan atau ilmu beternak
dan pemasaran dalam usaha peternakan.
5.2 Saran
Adapun saran bisa kami
berikan pada praktikum manajemen ternak potong dan kerja adalah :
1. Dosen
atau pembinbing harus memberikan arahan tebih ketat tentang praktikum ini
supaya data-data yang kami ambil lebih bagus dan bisa jadi pelajaran atau
pengalaman yang sangat berguna bagi kami.
2. Hendaknya
mahasiswa benar-benar serius untuk melakukan pengamatan dilapangan agar
mendapatkan hasil yang maksimal sehingga mampu memberikan pengalaman baru
tentang kondisi peternakan rakyat saat ini.
3. Mahasiswa
harus sopan santun dalam melakukan wawancara pada peternak sehingga peternak
juga lebih sopan dari kita dan menjaga nama baik kampus di masyarakat.
4. Mahasiswa
harus bisa mengamati kondisi peternak,kandang,pakan,dan jumlah pakan yang
diberikan,umur ternak dan kesehatan ternaknya.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi
Potong. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi
Potong. Cetakan V. BPFE, Yogyakarta.
Bambang. A. 1990. Sistem Produksi Ternak Potong Di Kolaka-Sulawesi
Tenggara. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Blakely, J dan D. H. Bade. 1994. Ilmu
Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh B. Srigandono)
Damarapeka. 2011. Pertumbuhan Ternak Potong.http://damarapeka.wordpress. com/2011/07/14/pertumbuhan-ternak-potong-2/.
Darmono. 1999. Tata Laksana Usaha Sapi
Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Fikar, S., dan D. Ruhyadi. 2010. Buku
Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Herwono, S. 2006. Produksi Ternak Potong. Pustaka
Media. Jakarta.
Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas
Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas sebelas
maret.Surakarta
Lesmana, A. 2013. Makalah Tingkah Laku Sapi (Animal Behavior).http://andrylesmana273.blogspot.com/2013/11/makalah-tingkah-laku-sapi-animal_6168.html
Murtidjo, B. A. 1990. Sapi Potong.
Kanisius, Jakarta.
Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi.
PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Peter. 2012. Perkandangan Sapi Potong. http://harunrexo.blogspot.Com/2012/
12/perkandangan-sapi-potong.html.
Rianto, E., dan E. Purbowati. 2011. Panduan
Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Saparinto. 2009. Sistem Perkandangan dan Tipe
Kandang. Agro Media. Bogor.
Syarif, I. 2012. Laporan Praktikum
Sapi Potong Produksi Ternak Potong Dan Kerja.http://nasasulsel.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum -sapi-potong.htmlSiregar,
S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta
Sudarmono, A. S., dan Y. B. Sugeng.
2008. Sapi Potong. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng, Y. B. 1998. Beternak Sapi
Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wello. 2011. Teknik pemeliharaan Sapi
potong. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Williamson, G., dan W. J. A. Payne.
1993. Pengantar Peternakan Daerah Tropis. Terjemahan S. G. N. Dwija Darmadja.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Widi, Baliarti, Ngadiyono,
Murtidjo, Budisatria. 2008. Bahan
Ajar Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta
Anonim. 2012. Sistem Pemberian Pakan Ternak Sapi
Potong.
info-peternakan.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-pakan-ternak-sapi.html.
BAB VII
LAMPIRAN
Harrah's Casino & Resort - MapYRO
BalasHapusHarrah's 구리 출장마사지 Resort 오산 출장안마 features 745 rooms and suites, including 392 spacious 보령 출장샵 suites with a total of 이천 출장샵 4,748 spacious hotel rooms 남원 출장안마 and suites.